Its a busy day for me, my familiy gathered in my house. Banyak anak kecil, yang cowok main PS sambil berteriak-teriak khas kaumnya, yang cewek nonton dengan volume yang..mantap, ibu-ibu? bergosip tanpa interupsi sambil merencanakan membuat rumah makan kalau-kalau uang pensiun jadi dihilangkan, bapak-bapak merokok dan mengopi, seperti biasa. Sedihnya jadi seorang yang sudah tidak kecil dan belum dewasa adalah, tidak punya teman dan tidak tahu harus nimbrung kemana kalau lagi begini. Maka jadilah saya seksi sibuk, "tolong belikan ini, tolong jemput si anu.." berbakti, itu pembelaan saya atas perbudakan ini.
Alasan sebenarnya saya tidak bisa menikmati bukan semata-mata itu saja, tapi sedari malam pikiran saya memang bukan berada di tempat kaki saya menginjak. Pikiran saya ada di kamar serba hitam itu, penghuninya tentu saja.
Alih-alih langsung melaju ke pusat kota dan membeli pesanan-pesanan, mobil saya malah melaju ke arah timur, rumahnya.
Dia sedang tidur, tertidur di sofa. Buku yang mungkin setengah jam lalu sedang dibacanya ada di dadanya. Baju putih, mata yang tertutup, peace in his face, i couldn't help my self to get closer to him. i kissed his cheek and he woke up.
Its warm.
i dont know if thats because of the sun that was shining so bright outside, or because of the jacket i wore, or because of the accoustic song that was playing, or because of his arm, or simply because of the moment it self.
Mungkin 5 menit, atau paling lama 10 menit kami diam seperti itu. Merasa-rasa apa yang sedang terjadi, mendengarkan apa yang lidah kami tak pernah mampu ucapkan, mengabadikan momen ini sebaik yang kami bisa. Karena momen seperti, kami tahu pastilah sangat mahal, tidak akan mampu kami beli dan pengulang bisa jadi tidak akan menimbulkan reaksi yang sama.
Dan lagunya, ah pas sekali. real love by the beatles.
dont need to be alone
no need to be alone
its real love
its real, yes its real love
its real
Setelah itu saya pulang, memang kunjungan yang betul-betul singkat. Saya masih bertugas dan pengantin baru yang sedang mengidam dirumah bisa jadi membunuh saya kalau-kalau rujak pesanannya terlambat datang. sampai di rumah dan sampai hari ini, setiap kali saya mengingat momen mahal itu, ada hangat, ada hangat yang masih bisa saya rasakan.
Mungkin saya sudah resmi jadi orang gila sekarang. Tapi biarlah, toh saya tidak sendirian. Dia, di lantai 15 sana, mungkin sedang memandang foto cemberut saya sambil mengingat momen yang sedang saya tulis disini.
Ah, biarkanlah kami gila bersama. Dan biarkan saya meracau disini.
semoga uas saya lancar, dan bisa segera menagih hadiah ultah yang saya tahu akan sangat berat untuk dia lakukan. hehehe
selamat malam semua :)
0 comments:
Post a Comment